Senin, 11 November 2019








BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
 Pada dasarnya, tujuan pendidikan Nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia ini sendiri, yakni Pancasila. Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat pancasila yang di anut bangsa Indonesia, dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU no. 20 Tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945”. Pendidikan nasional ini berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berikmanan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
 Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah) akan sangat tergantung pada manajemen pendidikannya. Karena manajemen pendidikan ini memiliki komponen-komponen pendukung pelaksanaan pendidikan, seperti: kurikulum, pembiayaan, peserta didik, tenaga pelaksana dan juga sarana dan prasarana. Komponen-komponen ini merupakan suatu kesatuan dalam upaya mencapai tujuan lembaga pendidikan (sekolah), artinya bahwa suatu komponen tidak lebih penting dari komponen lainnya, karena satu sama lain saling mendukung.[2]
 Dalam memperoleh pendidikan ini sendiri memerlukan banyak sekali biaya. Karena pada dasarnya pendidikan ini sangatlah mahal harganya. Namun, pendidikan tetaplah harus kita miliki. Sebagaimana pepatah mengatakan “tuntutlah ilmu dari buaian sampai tiang lahat”
B.   Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dipecahkan disini antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Apa itu manajemen pendidikan?
2.      Bagaimana fungsi-fungsi manajemen pendidikan?
3.      Apa manfaat mempelajari manajemen pendidikan?
C.   Tujuan Penulisan Makalah
Adapun beberapa tujuan yang akan disampaikan dalam penulisan makalah ini antara lain adalah sebagaia berikut:
1.      Dapat mengetahui apa manajemen pendidikan.
2.      Dapat mengetahui fungsi-fungsi manajemen pendidikan.
3.      Dapat mengetahui manfaat dari mempelajari manajemen pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan proses mengatur, mengelola, memberdayakan segala sumber yang ada di lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Manajemen ini sangat berperan penting dalam terlaksananya atau berjalannya suatu proses pendidikan yang baik.
Secara sederhana menejemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien untuk mencapai tujuan secara efektif. Menurut Brubecker menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses timbal balik antara kepribadian individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan.[3]
Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan di sini adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu kepribadian individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat bagi kehidupan. Manajemen pendidikan ini memiliki tujuan tersendiri yaitu agar pelaksanaan suatu usaha terancang secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien.[4]
              
1.      Produktivitas
Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode atau cara kerja dan  alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif dan bahkan mendapat pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap produktivitas secara lebih konferhensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
2.  kualitas
Menunjukan pada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) atau jasa (service) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan kinerja. Jasa pelayanan atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya. Dengan demikian mutu adalah jasa atau produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapatkan kepuasan.
3. efektivitas
Efektivitas merupakan ukuran keberhasilan atau tujuan yang dicapai. Menurut Sergiovani (1987:33) yaitu: “Kesesuaian yang dicapai organisasi dengan tujuan”. Efektivitas institusi pendidikan terdiri dari kepemimpinan kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana-prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat, pengelolaan bidang khusus. 
4. Efisiensi
Efisensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul, sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan atau efektivitas adalah perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efesiensi lebih ditekankan kepada perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Suatua kegiatan dikatan efesien apa bila tujuann dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efesiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.

B.            Fungsi - Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen fungsional dengan pengertiannya yang terus berubah dan berkembang secara dinamis, ternyata tidak berbeda dengan unsur-unsur yang menggambarkan fungsi-fungsinya. Adapun  beberapa fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
1.      Perencanaan (Planning)
Setiap dan semua organisasi merupakan sebuah  wadah yang menghimpun sejumlah manusia (dua orang atau lebih) karena memiliki kepentingan yang sama dan memenuhi kebutuhannya sebagai manusia. Kepentingan yang sama itu dikristalisasikan menjadi tujuan bersama sebagai salah satu unsur organisasi, yang harus dicapai melalui kerjasama yang efektif dan efesien sebagai dinamika organisasi. Untuk mewujudkan kebersamaan seperti itu agar tujuan dapat dicapai, dalam mengimplementasikankegiatan manajemen di lingkungan suatu organisasi diawali dengan membuat perencanaan.[5] 
2.      Organizing
Setelah menyusun rencana, selanjutnya diperlukan penyusunan atau pengelompokan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan dan akan dilaksanakan dalam rangka usaha kerja sama tersebut.  Dapat disimpulkan dengan Mengelompokan atau menetukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.[6]  
         3.      Penyusunan Personil
Apabila telah disusun dan diatur susunan pekerjaan, jenis dan macamnya, luas dan bidang pekerjaan, pimpinan akan lebih mudah mengisi dengan tenaga-tenaga yang sesuai dengan tingkatan dan jenis pekerjaan atau kegiatan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Pengetahuan dan keterampilan apa yang diperlukan untuk mengisi masing-masing formasi yang dibutuhkan dalam kegiatan.
b.      Pengadaan tenaga-tenaga yang di perlukan.
c.      Bagaimana mengadakan seleksi.
d.      Menempatkan ke dalam fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dan serasi.
e.      Penghargaan bagi tenaga berprestasi untuk merangsang kegairahan dan motivasi.
f.       Memberikan bimbingan dan penyuluhan, pengarahan yang lebih efesien dan efektif.
         4.      Pengarahan
Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan, kegiatan ini meliputi antara lain:
a.    Memberikan penerangan, penjelasan, informasi tentang kegiatan yang berhubungan secara menyeluruh terhadap tujuan yang hendak dicapai.
b.         Mengeluarkan peraturan, perintah, intruksi dalam rangka pelaksanaan.
c.  Memberikan contoh-contoh dalam cara bekerja dan memperlihatkan sikap yang baik (keteladanan).
d.        Mengadakan pengawasan.
e.         Dapat mengemukakan kebaikan dan keburukan atau kekurangan dalam pekerjaan.
f.   Mengadakan koreksi terhadap kekurangan atau kelemahan dan meniadakan hambatan dan rintangan.
          5.      Pengkoordinasian
Mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu. Yang mana meliputi tugas-tugas berikut:
a.    Setiap kegiatan atau petugas dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, dengan cara dan dalam waktu yang telah ditentukan atau sesuai dengan ketentuan yang berklaku.
b.    Menghindarkan bagian atau petugas yang menghambat atau merugikan pekerjaan dalam rangka kerjasama, jangan merugikan bagian atau petugas lain.
c.  Menghindarkan tumpang tindih yang dapat menimbulkan kesalahpahaman, kekacauan atau membingungkan.
d.    Menunmpuk dan mengembangkan sikap saling percaya dan kerjasama, baik antara sesama petugas maupun antar pekerjaan.
e.   Menghindarkan dan menyelesaikan segala macam perbedaan pendapat atau pertentangan yang akan menghambat atau pertentangan yang akan menghambat usaha kerjasama.
f.       Menghindarkan kompetisi yang tidak sehat.
g.   Memupuk rasa persatuana dan kesatuan dengan pengertian setiap unsur baik petugas maupun pekerjaan tidak terlepas dari usaha sebagai suatu keseluruhan.
       6.      Pelaporan
Dalam pelaporan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a.      Apa yang harus dicatat.
b.      Bagaimana cara mencatanya.
c.      Bagaimana menyimpan secara teratur dan sistematis, sehingga mudah ditemukan kembali apabila diperlukan.
d.      Apa yang harus dilaporkan dan kepada siapa laporan tersebut disampaikan.
e.       Bagaimana menelaah laporan tersebut dalam rangka peningkatan atau pengembangan.
       7.      Penganggaran
Kegiatan penganggaran meliputi:
a.    Perencanaan dan penyusunan anggaran disusun sesuai dengan mata anggaran atas dasar rencana anggaran.
b.     Mencari dan mengusahakan sumber-sumber biaya.
c.      Mengatur pemasukan atau pengeluaran.
d.     Membuat pencatatan atau pembukuan.
e.      Membuat laporan keuangan.
       8.      Penilaian
Penilaian bertujan untuk mengetahui sampai dimana tujuan yang telahn ditetapkan dapat dicapai, kegiatan mana yang belum diselesaikan atau yang sedang dalam penyelesaian. Kegiatan dari penilain ini antara lain:[7]
a.    Mempelajari perkembangan usaha atau kegiatan secara terus menerus dengan cara pemantauan, sehinga dapat diketahui dengan segera segala sesuatu faktor yang menghambat dan faktor-faktor pendukung dalam kegiatan tersebut.
b.  Mengadakan pengukuran tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program-program tertentu.
c.     Mengadakan berbagai usaha untuk memecahkan berbagai hambatan yang timbul demi kelancaran kegiatan pekerjaan.
Sedangkan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
1.             Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Surah Al Hasyr [59] : 18)
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.

Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :
·        Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan.
·        Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai.
·     Keterkaitan antara fase-fase operasional  rencana dengan penanggung jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai.
·  Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.
·      Kemampuan organisatoris penanggung jawab operasional.
Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
·   Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.
·    Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan
·      Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
·      Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
        Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.
2.             Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.[8]
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan (Didin dan Hendri, 2003:101)[9]
Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.[10]
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
3.             Fungsi Pengarahan (directing).
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan di luar kemampuan si penerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang di dasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4.     Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.[11]
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spiritual.
Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.[12]

C.    Manfaat Mempelajari Manajemen Pendidikan

      1.    Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna.
    2.  Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
   3. Terpenuhinya salah-satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).
     4.      Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.
    5.      Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan).
    6.      Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh manajemennya.
    7.      Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel.
    8.      Meningkatkan citra positif pendidikan.



BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Manajemen fungsional dengan pengertiannya yang terus berubah dan berkembang secara dinamis, ternyata tidak berbeda dengan unsur-unsur yang menggambarkan fungsi-fungsinya. Adapun  beberapa fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut: Perencanaan (Planning), Organizing, Penyusunan Personil, Pengarahan, Pengkoordinasian, Pelaporan, Penganggaran, Penilaian.

B.            Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami.
Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dikarenakan kami masih dalam tahap pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Asep Sudarsyah, dkk, “Manajemen Pendidikan”, Bandung: Alfabeta, 2013.
A. W. Widjaya, “Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen”, Jakarta: PT Bina Aksar, Jild 1, 1987.
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, Jakarta: Gema Insani, 2003.
George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, JakartaBumi Aksara, 2006.
George R Terry, dkk, “Dasar-dasar Manajemen”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Jild 11, 2009.
Hadari Nawami, “Manajemen Strategik Organisasion Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan”, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan IslamKalam Mulia, Jakarta, 2008.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013.
Yati Siti Mulyati, dkk, “Manajemen Pendidikan”, Bandung: Alfabeta, 2013.












BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya dengan melakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas inidividu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang sering dilakukan adalah adanya kesadaran individu sebagai makhluk juga mempunyai keinginan-keinginan atau tujuan pibadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan organisasi, bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itu diperlukan suatu pengendali kerja sehingga tujuan individu bisa selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai hal tersebut adalah adanya sistem pengendalian manajemen yang baik.
Selain itu juga dengan menggunakan  manajemen pendidikan yang baik merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan, karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, sehingga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek manajemen pendidikan pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian yang serius, sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik. Lemahnya manajemen pendidikan juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal pendidikan yang terlihat dari jumlah peserta didik yang mengulang dan putus sekolah. Dari permasalahan-permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa belum mengenanya peran dari manajemen karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya manajemen.
Dari permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan islam  perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Dalam makalah ini akan di bahas tentang hakikat dan konsep dasar manajemen pendidikan, sebagai pengantar materi pertama dalam Mata Kuliah Manajemen Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dan arti manajemen pendidikan?
2. Apa fungsi manajemen pendidikan?
3. Bagaimana ciri-ciri manajemen professional?
4. Apa makna dan pentingnya mempelajari  manajemen pendidikan?



BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakekat manajemen pendidikan
Dalam pendidikan formal kepala sekolah dapat berperan sebagai administrator, manajer, dan supervisor. Ini berarti organisasi sekolah melaksanakan administrasi, manajemen, dan supervise. Begitu pula halnya dengan organisasi-organisasi lain pada hakikatnya melaksanakan ketiga aktivitas tersebut. Keluarga misalnya adalah organisasi yang melaksanakan administrasi yaitu suatu aktivitas yang mengupayakan kesejahteraan keluarga lahir batin, termasuk memberi pendidikan kepada anak-anak mereka. Keluarga juga melakukan manajemen pendidikan tatkala mereka memikirkan buku-buku apa saja yang perlu disediakan bagi anak-anak, permainan-permainan macam mana yang baik, bagaimana cara mendisiplinkan anak, dan sebagainya. Dan dalam proses pendidikan itu silih berganti bapak dan ibu melakukan supervise. Ibu akan menjadi supervisor dalam memperingati bapak yang salah mendidik putranya, sebaliknya bapak akan menjadi supervisor dalam membina istri tentang cara mendidik putra.[1]
2. Pengertian Manajemen Pendidikan
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan  melalui orang lain.[2]
Sedangkan beberapa Ahli  mendefinisikan tentang manajemen yang dikemukakan antara lain:
1. Menurut Hasibuan “ Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
2.  Menurut GR Terry  “Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari (planning) tindakan-tindakan perencanaan, (Organizing) pengorganisasian, (staffing) penataan staff  ((actuating),) pengarahan, dan (Controlling) pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaat sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
3.  Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel “Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manager mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas rangg lain yang meliputi (planning)  perencanaan, (Organizing)  pengorganisasian, (placing) penempatan, (actuating) pengarahan, dan (Controlling)  pengendalian.”
4. Menurut Andrew F. Sikula “ Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, (motivating) pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengorganisasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehinggga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
5. Sedangkan Sejumlah ahli lain memberikan Formulasi-Formulasi Alternatif tentang Fungsi manajemen diantaranya oleh GreggLitchfield dan Campbell, Gregg mengemukakan bahwa fungsi pokok manajemen itu meliputi: Decision making,planning, organizing, communicating,influiting,coordinating,evaluating,menurut Litchfield, manajemen terdiri atas : Decision making, Programming, communicating,  Controlling, dan reappraising. Sedangkan pendapat Campbell sendiri meliputi: Decision making, programming, simulating, coordinating dan appraising.

Dalam perspektif yang lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan, dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam perspektif ini ada sejumlah unsur pokok yang membentuk kegiatan manajemen, yaitu : unsure manusia (men), barang-barang (materials), mesin (machines) metode (methods), uang (money) dan pasar (market). Keenam unsur ini memiliki fungsi masing-masing dan saling berinteraksi dalam mencapai tujuan organisasi terutama proses pencapain tujuan secara efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian dari manajemen pendidikan itu sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu “manajemen” dan “pendidikan”. Secara sederhana manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang dipraktikan dalam dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang ada dalam penddikan.
Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alat-alat yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Unsur manajemen dalam pendidikan merupak penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam  bidang pendidikan, bahwa manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari, perencanaan, pengoordinasian, penggerakan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan.
Bila kita perhatikan dari pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktip.[3]
Selanjutnya, Henry Mintzberg, mengkategorikan peran seorang manajer dan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis utama, yaitu :
Peran Decisional, membutuhkan manajer yang merencanakan strategi dan memanfaatkan sumber daya.  Peran Interpersonal, memerlukan manajemen untuk mengarahkaan dan mengawasi karyawan dan organisasi. Peran Informasi adalah, mereka dimana para manajer memberikan dan mengirimkan informasi.[4]
3. Fungsi Manajemen Pendidikan
Mula-mula fungsi manajemen banyak ragamnya seperti: merencanakan, mengorganisasi, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi,  mengontrol, mencatat dan melaporkan, dan menyusun anggaran belanja. Kemudian di buat menjadi lebih sederhana sehingga terdiri dari merencanakan, mengorganisasi, member komando, mengkoordinasi, dan mengontrol. Selanjutnya Hersey hanya menyebutkan 4 fungsi saja yaitu : merencanakan, mengorganisasi, memotivasi, dan mengontrol.[5]
            fungsi manajemen pendidikan  sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan. 
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.
Sementara itu Ramayulis menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan  adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
3. Fungsi Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri  menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Dalam pendidikan  pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.[6]
4. Ciri-ciri manejer professional
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri manager atau pimpinan suatu organisasi yang dengan cara berfikirnya profesional :
Seorang manager yang profesional selalu bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat dari anak buahnya. Dia percaya bahwa dia harus bekerja lebih keras daripada anak buahnya karena dia seorang manager yang harus selalu memberi contoh baik.
Seorang manager yang profesional menghargai anak buahnya secara sejajar, dan mencoba untuk memahami mereka sebagai individu. Dia berkomunikasi secara terbuka sesering mungkin dengan mereka. Dia juga berkomunikasi secara terbuka dengan atasannnya karena dia sadar bahwa interaksi ini akan banyak menolong dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Seorang manager yang profesional menyadari bahwa hubungan dengan anak buahnya harus dalam bentuk hubungan yan memuaskan bagi kedua belah pihak dalam hal pekerjaan. Maka biasanya dia bertindak tenang, masuk akal dan tidak emosional, walaupun dalam menangai masalah-masalah atau kesalahan anak buahnya serius.
Seorang manager yang profesional secara aktif mendorong anak buahnya untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak buahnya. Dia merasa bahagia bila nak buahnya berhasil.
Seorang manager profesional mendelegasikan pekerjaan dengan tepat agar supaya tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai secara objektif dan seefisien mungkin. Dia akan mengambil tanggung jawab bisa dia membuat kesalahan-kesalahan, mengakui kesalahan-kesalahan tersebut serta meminta maaf dengan tulus kepada anak buahnya.
Seorang manager yang profesional menghargai hasil pekerjaan yang baik anak buahnya. Manager tersebut akan mengoreksi anak buahnya dengan cara yang profesional ketika mereka tidak menampilkan kerja yang kurang baik atau kurang disiplin.
Seorang manager yang profesional percaya bahwa nak buahnya mampu memberi andil untk kesuksesan perusahaannya. Ini berarti bahwa dia sejauh mungkin akan mengajak anak buahnya untuk memberikan masukan-masukan, ide-ide, dan saran-saran untuk pemecahan masalah yang dihadapi di tempat kerja. Dia juga berkeinginan untuk mendengar, memahami dan menindak lanjuti kritikan dan tuntutan-tuntutan dari anak buahnya.[7]
5. Makna manajemen pendidikan
Manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan. seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan mana yang di maksud.
Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan dan penilaian.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin di capai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang di perlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu di buat sebelum suatu tindakan di laksanakan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini di bagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah di bagi itu dapat di kerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan di sepakati.
Pengarahan diperlukan agar kegiatan dilakukan bersama itu tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan.
Pemantauan yaitu, suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu.
Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir system. System adalah keseluruhan yang terjdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Masukan (murid)…..> proses belajar, guru, kurikulum, lingkungan, murid, sarana prasarana organisasi sekolah ………..> keluaran( lulusan).
Manajemen pendidikan juga dapat di lihatdari segi efektivitas pemanfaatan sumber. Jika menajmen di lihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan  itu sudah mencapai sasaran yang di tetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan sumber yangdi maksud dapat berupa manusia, uang, sarana dan prasarana maupun waktu. Upaya harus di cari dalam pemanfaatan sumber yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Menajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Menajemen pendidikan di lihat dari segi kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan itu, ia dapat melaksanakan tut wurihandayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Menajemen pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali administrator di hadapkan kepada bermacam-macam masalah, dan ia harus memecahkan masalh itu. Untuk memecahkan masalah tersebut di perlukan kemampuan dalam mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan yang terbaik dari sejumlah kemugkunan-kemungkinan tindakan yang dapat di lakukan.
Menajemen pendidikan juga dapat di lihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang di maksudkan orang lain itu. Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada komunikasi, maka orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan atau pa yang di inginkan teman sekerjanya.
Menajemen pendidikan sering diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.[8]


6. Pentingnya Mempelajari Manajemen Pendidikan
Manajemen bagimana pun sangat di perlakukan oleh semua organisasi karena tanpa keberadaanya (manajemen) semua akan sia-sia dan menjadi kendala bagi tercapainya tujuan organisasi Untuk itu  terdapat tiga alasan mengapa mempelajari manajemen yaitu :
Ø  Untuk mencapai tujuan. Manajemen di perlukan untuk mencapai tujuan organisasi yang sekaligus tujuan pribadi anggota organisasi.
Ø  Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Dalam hal ini manajemen diperlukan untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan,sasaran-sasaran,dan kegiatan-kegiatanyang saling bertentangan dengan pihak yang berkepentingan.
Ø  Untuk mencapai efisiensi dan efiktifitas Suatu hal kerja dapat di ukur dengan banyak cara yang berbeda.semua itu di lakukan dalam rangka mencapai efisiensi dan efetivitas.
Stoner mengekemukakan pada tahun (1996) ada tiga mengapa memeplajari manajemen yaitu sebagai berikut:
Ø  Organisasi memberikan kontribusi pada standar kehidupan umat manusia di dunia dimasa kini.
Ø  Organisasi membangun masa depan yang ebih baik dalam membantu individu-individu untuk melakukan hal yang sama. 
Ø  Organisasi membantu menghubungkan manusia dengan masa lalunya. Organisasi dapat dipandang sebagai pola hubngan manusia.
Gibson mengemukakan pada tahun 1997 ada dua alasa mengapa kita mempelajari manajemen yaitu sebagai berikut :
1.      Masyarakat tergantung pada spesialisasi berbagai lembaga.
2.      Organisasi  untuk menyedikan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan.
 Individu yang tidak sebagai manajer sering menemukan dirinya dalam posisi manajerial
Robbin juga mengemukakan pendapatnya mengapa manajemen itu perlu di pelajari yang dikemukakan pada tahun 1999 yaitu sebagai berikut :
a.       Setiap orang mempunyai kepentingan yang mendalam untuk mampu memperbaiki cara-cara pengolahan organisasi.
b.       Sebagian besar setelah lulus perguruan tinggi kita mulai karier dengan mengelolah atau juga di kelola.
Dari uraian di atas maka semakin jelas bahwa pemahaman terhadap manajemen semakin hari semakin di perlukan dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas.[9]









DAFTAR PUSTAKA

Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta:PT Bina Aksara,1988

Suryosubroto B, manajemen pendidikan di sekolah, Jakarta : rineka cipta, 2010.


http://rozikinblog.blogspot.com/2012/10/ciricirimanagerprofesional.html#ixzz2fI9jLPwe,(18/09/2013),jam 21:30.



BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang  Pada dasarnya, tujuan pendidikan Nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada p...